Cerita Pendek Anak Pesantren

Di Perjalanan menuju Rumah dari Bandung
oleh : Farhan Alfaizi


  Mobil elf adalah incaranku setelah aku selesai menyelesaikan seleksiku di PASIM Bandung. Bandung memang kota yang besar dan sekarang aku berada di terminal kota Bandung menunggu mobil elf lewat depan jalan yang aku tunggui. Lama menunggu mobil aku sesekali melihat lihat sekeliling dan melihat orang orang sibuk dengan dagangan dan kesibukan masing masing, dari mulai penjaga konter sampai penjaga toko buku di pinggir jalan. Mataku beralih pandangan ketika aku melihat perempuan membawa boneka besar dan koper di tangan kirinya melewati hadapanku. Aku heran di tempat ramai seperti ini yang semua orang tidak mau ambil repot, ada satu perempuan dengan gaya polosnya dan tenang membawa boneka besar di tangan kanannya dan koper di tangan kirinya dan aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku polosnya. 

.
  Beberapa jam kemudian aku dapatkan mobil elf yang aku tunggu tunggu menuju Cikijing yang pasti melewati kota Majalengka terlebih dahulu tempat tinggalku. Aku duduk di sebelah kiri dari depan dan memilih untuk dekat dengan pintu masuk. Aku sesekali melihat lihat isi mobil ini jangan jangan ada perempuan seumuranku. Maklum aku lulusan pesantren merasa kurang nyaman jika ada perempuan seumuranku dalam satu mobil. Di pesantren kami terbiasa tidak berbaur dengan perempuan, sehingga jika kami berpapasan laki laki dan perempuan kami menundukan muka dan bahkan ada di antara kami lebih memilih untuk mengambil jalur lain atau menunggu ada yang mengalah lewat lebih dulu daripada kami berpapasan. 
Kembali ke elf. Seperti biasa elf ini berhenti sejenak untuk memastikan tidak ada penumpang tertinggal menuju satu jalur. Setelah beberapa menit kemudian mobil ini maju dan berhenti kembali di persimpangan lampu merah. Mobil ini berhenti karena ada satu penumpang hendak naik mobil ini dan ternyata…. 
Ternyata penumpang baru itu adalah perempuan yang sama berumuran denganku dan ia juga orang yang tadi melewati hadapanku dengan boneka dan koper bawaanya. Aku malu melihatnya dan berusaha untuk tidak melirik perempuan ini. 
.
  Aku mengalihkan perhatianku ke depan, di sana ada satu ibu dengan satu anaknya berumuran 2-3 tahunan. Entah mengapa jika melihat satu ibu dan satu balita aku teringat dengan cerita cerita ibuku waktu ibuku sering pulang pergi ke jatiwangi tempat neneku tinggal. Ada satu cerita yang sering diceritakan, ketika itu kakaku berumuran 2-3 tahun diajak oleh ibuku ke nenek di jatiwangi dengan menggunakan mobil elf. Di tengah jalan ibuku panik dengan menangisnya kakaku secara tiba tiba. Ibuku berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghibur kakaku agar tidak menangis, karena semua penumpang di mobil itu merasa terganggu dan beralih perhatiannya kepada ibuku. Banyak yang memberi saran agar kakaku dikipasin karena gerah atau digendong karena tidak nyaman. Ibuku menuruti semua saran itu tetapi hasilnya sama sekali tidak merubah suasana di dalam mobil itu. 
.
  Ketika mobil berhenti karena ada salah satu penumpang merasa telah sampai pada tujuannya, maka ibuku mencoba mengecek popok yang terbuat dari plastik (popok jaman dahulu). dan ternyata benar saja, kakaku buang air besar dan merasa tidak nyaman dengan posisinya tetapi ibuku tidak tahu dengan kemauannya. Oleh karena itu, Ia menangis dengan sekencang kencangnya agar ibuku dapat mengerti kemauan kakaku. Oleh karena itu pula aku sekarang selalu teringat dan tersenyum kepada balita sambil berkata dalam hati “jadi anak yang sholeh/ah ya, yang nyaman duduknya dan tersenyumlah” jika di dalam mobil angkutan ada satu ibu dengan membawa anak balitanya. 
Anak kecil di elf itu sangat lucu tetapi setelah beberapa lama kemudian anak itu menjadi pucat dan suasana itu terjadi kembali. Balita itu menangis membuat semua penumpang merasa terganggu. Ibu itu langsung menghiburnya dan berusaha anaknya berhenti menangis. Namun setelah beberapa menit kemudian mobil berhenti dan balita ini muntah dan memuntahkannya ke luar jendela. Aku kaget dengan kejadian itu, aku pun langsung mengambil tisu yang baru saja ku beli di terminal tadi dan memberikannya kepada ibu itu. Bayi itu berhenti menangis setelah semua isi dimuntahkan keluar jendela mobil, ibu itu langsung mengelap bekas muntahannya dengan tisu yang kuberi tadi. tiba tiba pundakku dipukul oleh seseorang di belakang tempatku duduk… 

 Ia adalah keunek atau penagih biaya penumpang mobil. Ia meminta biaya kepadaku dan menanyakan tujuanku pergi. Ketika aku melirik kenek itu mataku tidak sengaja melirik perempuan tadi yang membawa boneka di tangannya. Ia juga melirikku tapi aku langsung membuang wajah dan langsung membayar biaya pembayaran kepada kenek menuju Majalengka. 
Aku melihat lihat sekeliling mobil agar bisa tau sudah sampai mana aku tiba menuju majalengka. Ketika aku serius melihat lihat keliling aku kembali kaget dengan tepukan di punggung belakangku. Sempat aku heran kenapa kenek ini tetap menepukku padahal aku tadi sudah membayar biaya perjalanan. Ketika aku melirik ke belakang… 
.
 Perempuan dengan boneka ditanganlah yang menepukku. Ia meminta izin untuk duduk di sebelah bangkuku. Aku kaget dan tidak bisa berbuat apa apa selain mengizinkan ia duduk. Untungnya jarak kami dihalangi dengan jalur keluar masuk penumpang ke arah paling depan. Ia bilang bahwa disana ga enak ga deket pintu. Tidak lama kemudian Ia meminta untuk kenalan kepadaku. Aku yang dari dulu belum pernah sedekat dan ngobrol bersama perempuan maka akupun menjaga agar obrolan kami tidak berlebihan. Namanya Siti, ia menuju Cigasong tempat tinggalnya. Cigasong adalah daerah Majalengka tapi dekat dengan perbatasan dengan Cirebon. Aku tidak terlalu tahu dengan daerah daerah Majalengka. Jika dibanding dengan daerah Banjar mungkin aku bisa tahu daerah Banjar, maklum SMA aku di Banjar selama tiga tahun. Hhaha 
  Aku sekali kali melihat perempuan itu. Perempuan itu sedang mengantuk dengan boneka berada di pangkuannya dan ponsel di tangan kirinya. Jika ia benar benar tidur maka boneka dan ponsel itu pasti terjatuh. Oleh karena itu aku siap siap saja menangkap boneka atau ponsel bila memang terjatuh. Entah apa yang aku lakukan tapi ini adalah pertama kalinya aku bisa ngobrol dengan perempuan dan bisa sampai memperhatikan ponsel dan bonekanya. Ia berjilbab tapi agak sedikit cerewet sehingga ia juga banyak menanyakan banyak tentang aku dan dia juga banyak bercerita tentang dirinya. 
.
  Setelah tiba di Majalengka Ia pamitan terlebih dahulu karena ia ingin mecari jas untuk pekerjaanya. Ia seumuran denganku tetapi ia memilih bekerja terlebih dahulu supaya bisa lebih mandiri setelah itu baru kuliah. Ia pamitan dengan meninggalkan satu kata yang aku kaget dan teringat. Ia mengucapkan kakak dan berpamitan sambil tersenyum sopan. “aku duluan ya kak” pamitnya padaku. Aku hanya menjawab iya dan kaget berfikir ternyata ada perempuan seumuranku yang mengatakan kakak padaku. Hhaha. Padahal selama ini aku sangat jauh dari pergaulan perempuan dan selalu menghindar. Setelah ia pergi aku masih teringat bahwa aku pertama kalinya ada perempuan luar yang menyapaku, Ia adalah Siti dan nama itu adalah persis dengan nama Ibuku. Tiba dirumah aku langsung bercerita kisah ini pada ibuku dan ia hanya tersenyum mendengar ceritaku. Entah apa yang dipikirkan ibuku. Aku juga hanya tersenyum dengan kisah yang kualami. Hhehe 

Comments

Popular posts from this blog

contoh proposal lomba kreativitas dan seni antar pelajar se-priangan timur

contoh juklak juknis lomba se-Priangan timur

PSB PONPES ALKAUTSAR 2013/2014