Cerita Pendek

==< Syahid dan Syuhada >==
oleh : Farhan Alfaizi

Berawal dari sebuah komik yang menceritakan tentang dua orang saudara kaka beradik Syahid dan Syuhada. mereka saling menyayangi sesama keluarga dan saudaranya, kisah mereka diceritakan di sebuah desa yang sedang diteror oleh negara lain. Sebelum terjadinya teror kakak beradik ini sangat mencintai orang tuannya sampai sampai mereka membiasakan bertemu dan berbincang bersama orang tuanya sebelum hendak pergi ke kamar tidurnya dan selalu berkata “ibu… ayah…. Kami cinta ibu dan ayah…” sebelum tidurnya.

Esoknya, Mereka terbangun dari tidurnya dan kaget dengan beberapa suara bom diluar rumahnya. Kakak beradik ini langsung bangun dan memeriksa keadaan dan berhati hati dengan terjadinya teror di desa itu.

Sang adik syahid memanggil ayah dan ibunya di kamar lain yang dekat dengan kamar kaka beradik ini.

“ibu …., ayah ……, syahid takut bu….yah…” teriak syahid memanggil ibu dan ayahnya.

Setelah sang kakak Syuhada melihat ke kamar orang tuannya, mereka kaget dan resah karena di kamarnya tidak terdapat satu orangpun. Mereka mencari cari ke ruang demi ruangan di rumah itu sambil menutup telinga karena sesekali suara bom itu hampir terasa dekat dengan rumah mereka. Sang adik menangis dengan tidak adanya orang tuanya, lalu sang kakak hanya bisa menghibur dan menjaga adiknya ini sampai bertemu kembali dengan orang tuanya.

Kepala desa di desa itu sangat baik dan gagah. ia mungkin bisa memberi tahu dimana orang tua mereka berada dan ia juga bisa menjaga mereka berdua dari teror bom di luar sana. Sang kakak Syuhada  mencoba untuk mengintip keluar lewat jendela dan Ia kaget ketika diluar selain bom yang terus menerus meledak, di sana juga terdapat orang orang asing yang ia tidak mengenalnya dan memang bukan dari desa ia tinggal. Ia menyuruh adiknya untuk selalu berada di samping kakaknya kalau kalau ada seseorang tiba tiba datang ke rumah itu.

Kakak dan adik berfikir bagaimana supaya bisa keluar dari rumah ini dan sampai menuju rumah kepala desa. Sang adik memberi saran agar mereka keluar lewat pintu belakang dan sambil sembunyi sembunyi mungkin mereka akan selamat.

  “ok, tapi sebelum kita pergi, kakak dan adik harus tetap bersama dan berpegangan ya.” Sahut kakanya.
"satu lagi, kakak bawa tongkat sapu itu dan adik bawalah ketapel yang biasa adik mainkan ya” kakanya meminta. Sang adik menuruti apa kemauan kakaknya dan bersiap siap menuju rumah kepala desa lewat belakang rumahnya.

Gang demi gang dilaluinya dengan rasa takut dan sesekali badannya bergetar jika ada bom kembali meledak di desa itu. Pada suatu tempat mereka berpapasan dengan orang asing dengan senjata ditangannya. Mereka saling berpandangan dan keheranan. Sang adik bersembunyi di belakang kakanya dan memeluk erat kakaknya. Sang kakak hanya bisa diam berdiri dengan melototi orang asing ini. orang asing inimendekati mereka sambil tersenyum dan sesekali tertawa menyeramkan.
“hhhaha, para bocah! Mau kemana hah? Semua orang di desa ini sudah berlari menyelamatkan dirinya masing-masing. Kalian masih tetapi disini. Mau cari mati YA !!! hhahahahah” sentak orang asing ini di depan sang Kakak Syuhada.

  Mendengar perkataan itu sang kakak hanya menjawab “ tujuanku adalah Allah. Orang tuaku dan teman temanku berada dalam lindungan Allah !.” orang asing ini sempat kaget dengan ucapannya.

Tiba tiba tangan kanan orang asing ini mengambil sesuatu dari punggungnya. Sang adik Syahid merasa takut dengan benda yang dipegang orang asing ini. sang Kakak hanya bisa menyiapkan dan memegang erat tongkat sapu yang ia bawa. Benda itu adalah senjata api yang jika ditembak satu kali maka 5-10 peluru keluar dari mulut senjata api itu. ketika orang asing ini hendak menyodorkan senjata apinya di kepala Syuhada, orang asing itu tiba tiba merasa sakit di pipi kirinya sehingga ia menjatuhkan senjata api yang dipegangnya. Sakit dipipinya seperti ada lemparan batu yang mengenainya, keras dan kencang batu itu menimpa pipinya sehingga darah keluar dari pipi kirinya. Sang Kakak Syuhada heran dan mencari siapa yang menolongnya barusan.

Sang Adik Syahid memukul pundak kakaknya dan berkata “ kak, aku tadi yang melemparnya. Maaf ya kak”.

  “gapapa dek, kakak bangga punya adek pemberani kaya adik” sang kaka menjawab sambil mengelus rambut lurus di kepalanya.

  Dengan kejadian itu, Sang Kakak kaget melihat keberanian adiknya. Adiknya yang pertama kali ketakutan dengan senjata api dan orang asing, tetapi kali ini ketika melihat kakaknya  dihinakan Ia marah sambil membusungkan dadanya kepada orang asing itu sambil berkata “jangan sentuh Kakakku !”.

  sang Kakak langsung mengambil senjata api milik orang asing ini dan membuang tongkat sapu yang dipegangnnya dan mengarahkan senjatanya kepada orang asing ini dengan tatapan mengancam.

  “pergi dari sini atau aku tembak kepalamu.!” Bentak sang Kakak kepada orang asing itu. Orang asing itu kaget dengan kedua orang ini dengan beraninya mereka melawan tentara yang sedang meneror desanya. Jika sang adik saja berani menembak pipinya dengan batu lewat ketapelnya, maka orang asing ini berfikir bahwa kakaknya berani pula menembak pipi kanannya dengan  senjata api yang dipengangnya. Orang asing itu bergegas meninggalkan mereka berdua dengan rasa takut dan rasa sakit di pipi kirinya dengan luka berdarah bekas lemparan Syahid adiknya Syuhada.

Setelah orang asing itu kabur maka kaka beradik ini pergi ke tujuan utamanya yaitu rumah kepala desa. Akhirnya dengan senjata api di tangan sang kakak dan ketapel di tangan sang adik mereka selamat sampai rumah kepala desa. Setelah tiba dan bertemu dengan kepala desa mereka langsung menyerahkan senjata yang dipegannya dan menceritakan apa yang di alaminya ketika mereka baru bangun dari tidurnya dan mereka menanyakan kedua orang tua mereka. Kepala desa menjawab dengan senyuman

  “ anak anak ku. Orang tua kalian sedang membela desa ini, ayahmu sedang membela desa kita sedangkan ibumu sedang mengurusi warga desa kita yang terluka. Kalian yang sabar ya nak? “ jawab kepala desa.

  Setelah mereka tahu tentang apa yang dikerjakan oleh kedua orang tuanya, maka sang kakak meminta izin untuk tinggal di rumah kepala desanya sampai orang tuanya pulang dan menjemput mereka. Kepala desa mempersilahkan dan memberi nasehat

  “do’akan orang tuamu dan semua warga desa ini ya, semoga kita selamat dan berada dalam lindungan Allah” nasehat kepala desa kepada Kakaknya. Maka, kakaknya langsung membimbing adiknya untuk berwudhu dan sholat dhuha berjamaah setelah itu mereka mendo’akan kedua orang tuanya dan seluruh warga desa yang sedang diteror. Sang adik menuruti semua ajakan kakaknya dan mereka berdua akan berjanji jika sekarang warga desa sedang membela desanya maka kakak beradik ini akan membantunya dengan do’a dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Sang adik juga berjanji kepada kakaknya Syuhada akan melindungi kakaknya dan keluarganya jika ada orang yang mengganggu mereka.

Sang kaka hanya bisa tersenyum dan berkata “ adikku yang sholeh. Kakak juga akan melindungi adik dan keluarga kita dengan sekuat tenaga kakak jika ada orang asing yang menggangu”.

Adiknya Syahid menjawab senyuman kakaknya Syuhada kemudian sang adik memeluk erat sang kakak dan berkata “aku sayang kakak dan keluarga kak”.

  “kakak juga sayang adik dan keluarga dik” kakanya menjawab.
“yuk kita do’akan orang tua kita agar selamat dari teror ini” ajak sang kakak. Adiknya mengangguk dan mengangkat tangannya dan berdo’a dengan khusyuk.

Malam terasa dingin dan tidak seperti biasanya. Keadaan di rumah kepala desa pada malam hari tanpa ditemani kedua orang tuannya sangat membuat kakak beradik ini merasa sedih. Sampai ketika mereka hendak tidur ada kejadian aneh yang membuat mereka kembali kaget dan heran. Kepala desa itu datang menghampiri kepada mereka dengan wajah yang sangat jahat menyeramkan. Kepala desa ini mendatangi kakak beradik ini dijam ketika waktunya istirahat malam. Sang adik telah tertidur sedangkan sang kakak masih belum bisa tidur karena masih gelisah dan cemas dengan kedua orang tuannya. Senjata api yang diserahkan oleh Syuhada kepada kepala desa dibawa oleh kepala desa ini dan mengarahkannya kepada adiknya. Kakaknya kaget dan marah melihat kejadian itu dan berkata “mau apa pak ?, jangan main main dengan senjata api pak. Itu adik saya!” lantas kemudian kepala desa dengan mata melotot melihat kepada Syuhada dan mengalihkan arahan senjata apinya kepada mata sebelah kanannya Syuhada yang membuat sang Kakak Syuhada ketakutan sampai memejamkan kedua matanya lalu kepala desa itu berkata “nak…. Bangun nak… adzan sudah berkumandang. Bangun dan berwudhu lalu sholat berjamaah yuk nak.! Syuhada bingun dengan suara itu, suara itu seperti suara ibunya. Sedikit demi sedikit mata Syuhada dibuka dan ternyata benar. Tepat di depan matanya seorang wanita yang setiap malam ia berbincang dan setiap malam ia mengatakan sayangnya kepada wanita ini, wanita itu adalah ibunda dari Syahid dan Syuhada.

Syuhada langsung memeluk sang Ibu sambil menangis dan berkata bahwa Ia benar benar sayang pada Ibu, Ayah dan Syahid. Ibunya terheran kepada Syuhada, tiba tiba ia memeluk ibunya dan menangis. Sang Ibu bertanya “ kakak kenapa kak? Ko tiba tiba menangis nak?” sang Kakak langsung melihat sekeliling dan terheran dengan keadaan barunya. Kepala desa itu tiba tiba hilang dan kamar yang ia tempati bukan milik kepala desa melainkan milik kamarnya sendiri. Ia baru tersadar bahwa apa yang terjadi yang pernah dialaminya hanyalah mimpi. Kemudian Ia langsung membangunkan sang adik Syahid dan memeluk erat adik lantas mengajaknya sholat shubuh berjama’ah. Sang Adik yang hanya terheran dengan kelakuan kakaknya hanya berkata “ ada apa sih kak? Baru bangun kok dipeluk peluk.?” Sang kakak hanya tersenyum dan bersyukur bahwa kejadian menyeramkan selama ini dialaminya hanyalah mimpi semalam. Sang Ibu yang melihat Syuhada berkelakuan aneh paham bahwa ia pasti semalam mimpi buruk menimpa keluarganya sendiri dan tersenyum sambil mengajak kedua kakak beradik ini menuju ruang sholat.

Setelah sholat selesai sang kakak banyak bersyukur dan berdo’a semoga kajadian aneh yang menimpanya semalam tidak terjadi kepada keluarganya. Ketika sedang khusyuk berdo’a sang kakak kaget dengan do’a sang adik, “ya Allah…. Syahid sayang kakak maka lindungilah kakak, Syahid sayang Ibu maka lindugilah Ibu, Syahid sayang Ayah maka lindungilah Ayah. Syahid berjanji Jika ada yang menggangu keluarga kami, Syahid akan melindungi keluarga ini dengan sekuat tenaga…!”. Sang kakak yang kaget dengan do’a adiknya yang persis dengan janji adiknya didalam mimpinya langsung memeluk sang Adik dan mengucapkan “ kakak juga sayang Adik maka kakak juga akan menjaga adik”. Kemudian tidak lama kemudian sang Ibu menyusul memeluk mereka berdua dan berkata pula “ Ibu juga sayang adik dan kakak, ibu akan mendidik kalian supaya jadi anak yang Sholeh” dan terkahir Sang Ayah memeluk mereka bertiga “hhhhmmmm, Ayah tidak sayang Syahid dan Syuhada ah.., Ayah hanya sayang Ibu .!” kakak dan Adik ini kaget dan pucat mendengar ucapan ayahnya. Tidak lama kemudian Ayahnya melanjutkan ucapannya “ Ayah tidak sayang Syahid dan Syuhada,.. tapi Ayah sayang kepada semua anak Ayah dan Ibu. Hhahahaha” Ayah dan Ibu tertawa puas dengan candaanya kepada kedua anaknya yang membuat mereka pucat. setelah beberapa detik kemudian Syahid dan Syuhada cemberut dan tiba tiba tertawa bersama sama dengan sang Ayah dan sang Ibu. “Hhahahahahahaha”.

Comments

Popular posts from this blog

contoh proposal lomba kreativitas dan seni antar pelajar se-priangan timur

contoh juklak juknis lomba se-Priangan timur

PSB PONPES ALKAUTSAR 2013/2014